Sabtu, 19 Januari 2013

Peran Perguruan Tinggi Lebih Dominan Pada UN 2013

Peran perguruan tinggi (PT) pada ujian nasional 2013 untuk tingkat SMA/MA dan SMK lebih dominan karena pelaksanaan ujian tersebut diharapkan berjalan lebih jujur dan hasilnya benar-benar bisa dipertanggungjawabkan secara akademik.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Nusa Tenggara Barat Lalu Syafi’i di Mataram, Minggu, mengatakan dalam standar operasional prosedur peran dan tanggung jawab PT lebih dominan, karena hasilnya akan dimanfaatkan sebagai bahan seleksi masuk perguruan tinggi negeri (PTN).
"Kalau dulu perguruan tinggi memiki peran dan tanggung jawab yang sama, pada UN 2013 ini PT lebih dominan khususnya untuk tingkat SMA/MA dan SMK. Sementara untuk ujian UN SMP/MTs dan SD itu menjadi tanggung jawab kami," kata Syafii, Minggu (23/12/2012).
Mulai dari pencetakan naskah soal UN hingga menentukan pengawas ruangan ditetapkan dengan surat keputusan (SK) rektor, namun tetap berkoordinasi dengan Dinas Dikpora NTB. Ini menunjukkan kewenangan yang diberikan kepada perguruan tinggi cukup besar.
"Namun dalam hal ini kami bukan hanya menonton, tetapi tanggung jawab PT lebih besar, mereka tetap berkoordinasi dengan kami. Karena itu rektor akan sibuk mengirim tim untuk melakukan pengawasan di lapangan, dengan cara ini kita harapkan hasil UN 2013 ini benar-benar dapat dipertanggungjawabkan secara akademik," katanya.
Syafi’i mengatakan, sepertinya UN 2013 merupakan wajah baru dibandingkan pada tahun sebelumnya khususnya untuk tingkat SMA/MA dan SMK. Pada prinsipnya ini dihajatkan agar pelaksanaan UN tersebut lebih jujur dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.
Pada UN tahun-tahun sebelumnya, menurut Syafi’i, PT hanya bertugas melakukan pemindaian hasil UN, sementara yang tugas dan tanggung jawab lainnya berada di Dinas Dikpora.
"Sebenarnya ada konsep pengawasan UN SMA/MA dan SMK diawasi oleh guru-guru SMP, namun itu tidak bisa dilaksanakan karena jumlah guru SMA terutama di NTB relatif terbatas. Di setiap kecamatan kadang-kadang hanya ada satu SMA, sehingga akan menyulitkan," kata Syafi’i.
Sementara itu, Rektor Unram Prof H Sunarpi PhD mengatakan, UN 2013 sudah mendapatkan pengakuan dari pihak perguruan tinggi, karena hasilnya akan mulai diintegrasikan menjadi bahan yang ikut menentukan penerimaan calon mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia.
"Kalau tahun-tahun sebelumnya Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)) merupakan seleksi yang sifatnya terpisah, alhamdulillah pada 2013 hasil UN akan diintegrasikan ke dalam SNMPTN melalui jalur Penjaringan Prestasi Akademik (PPA) khususnya untuk lulusan 2013," katanya.
Menurut dia, hanya lulusan UN 2013 yang boleh mendaftar melalui jalur PPA yang nantinya hanya didasarkan pada dua nilai yang dibuat oleh pendidikan sebelumnya, yakni nilai rapor mulai semester I hingga V dan nilai UN.
Jadi PPA itu, kata Sunarpi, hanya ditentukan dari dua nilai yang dibuat pada jenjang pendidikan sebelumnya. Ini merupakan salah satu bentuk terintegrasinya jenjang pendidikan antara pihak Sekolah Menengah Atas dengan perguruan tinggi dengan porsi 50 persen dari lulusan SMA tahun 2013 itu.
"Alhamdulillah berarti dari tahun ke tahun apa yang kita harapkan dari UN tentang kejujuran mulai mendapatkan pengakuan dari perguruan tinggi," katanya.
Sunarpi mengatakan, mudah-mudahan mulai 2014 semakin berkurang jumlah persentase mahasiswa baru yang diterima melalui seleksi terpilih, karena pada 2013 masih ada tes tertulis nasional sebesar 30 persen dan tes mandiri 20 persen dan 50 persen melalui jalur PPA yang hanya mempertimbangkan nilai rapor dan nilai UN.
"Berkaitan dengan itu tugas dan tanggung jawab perguruan tinggi cukup berat pada 2013, seperti perencanaan penyelenggaraan UN bersama Dinas Dikpora NTB. Rektor bersama Kadisdikpora akan duduk bersama membahas persiapan penyelenggaraan UN," ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar